Dosen yang satu ini memang agak luar biasa, bayangkan dalam 2 sesi kuliah yang digabung menjadi satu selama kurang lebih 5 jam, intonasi suaranya tetap tinggi dan bersemangat, dengan disertai gerak bahasa tubuh yang mantab menambah keyakinan bagi para mahasiswa tentang apa yang disampaikannya.
Banyak hal menarik yang dikupas dihari ini, tetapi kita akan fokus kepada 3 istilah yang entah berasal darimana awalnya karena tidak disebutkan disitu siapa yang menyatakan teori ini, tetapi yang pasti kami mahasiswa magister managemen di Universitas yang murah tetapi tidak murahan ini merasa cukup terkejut-kejut juga, dengan keluarnya Anonim baru tersebut, yaitu Bobol, Bodol dan Botol.
Secara harfiah, kita semua mungkin mengerti tentang arti dan maknanya, atau juga sebagian kita juga tidak begitu yakin bahwa kita mengerti akan arti kata itu, terutama kata Bodol. Tetapi itu juga tidak penting, karena yang dibahas bukanlah makna harfiahnya melainkan kepanjangan dari ketiga kata itu.
Bobol à Berani, Optimis, Bisnis, Orang Lain .
Maksudnya adalah bahwa budaya yang ada di Indonesia ini, atau bahkan didunia ini adalah selalu ikut-ikutan trend bisnis yang berkembang. Mulai dari perusahaan besar sampai kepada usaha kecil seperti bisnis wartel, warnet dan MLM, lebih banyak dikembangkan berdasarkan sikap ikut-ikutan. Mungkin juga peralihan usaha sebuah perusahaan besar dari bisnis Rokok ke bisnis kelapa sawit juga merupakan sikap ikut-ikutan dan optimis terhadap keberhasilan bisnis yang dikelola oleh orang lain. Tetapi mungkin saja itu berdasarkan penelitian, pengkajian dan analisa secara mendalam.
Didalam managemen atau Marketing dikenal Istilah “Benchmarking”. Mungkin karena menggunakan bahwa asing, istilah itu menjadi memiliki kasta yang lebih tinggi dibandingkan saudara sepupunya “Nyontek” atau “Meniru”. Justru banyak perusahaan-perusahaan yang berhasil didalam menjalankan bisnisnya, pada perjalanaannya sering melakukan “mencontek” dari lawan bisnisnya atau bisnis bidang lain yang pada akhirnya dapat berhasil dibandingkan yang ditirunya.
Bukan berarti meniru menjadi suatu yang buruk, karena pada dasarnya proses belajar itu adalah proses meniru, atau proses menduplikasi hlal lain yang dimiliki oleh orang lain. Manusia dari mulai lahir sampai dewasa dan tua renta, pada dasarnya melakukan proses pembelajaran yang namanya meniru. Mulai dari berjalan, berbicara sampai beragumenpun sering kali kita meniru apa yang telah disampaikan oleh orang lain.
Bahkan dalam penulisan karya Ilmuah, seperti skripsi dan disertasi, malah proses duplikasi itu wajib ada dan harus terus terang disampaikan yaitu dalam bab landasan teori. Dalam bab itu, tentu saja kita melakukan duplikasi atas teori yang pernah disampaikan oleh orang lain sebelumnya.
Mungkin juga bukan itu yang dimaksudkan dalam menyampaikani Istilah Bobol ini. Mungkin yang dimaksudkannya adalah bahwa dalam melakukan duplikasi bisnis milik orang lain, seharusnya kita harus melakukan observasi yang mendalam sehingga keberanian untuk terjun kedalam dunia didasari oleh pengetahuan dan kemampuan yang kita milikinya. Janganlah saat melihat tetangga menyebabkan timbulnya rasa iri. Karena biasanya dan sangat seringkali kita merasa bahwa, rumput tetangga lebih hijau daripada dihalaman sendiri. Oleh karena tergiur tadi, kita meninggalkan bisnis yang kita miliki dimana kita memiliki kompetensi yang lebih dibandingkan orang lain, untuk kemudian menjalankan bisnis orang lain yang mengiurkan yang padahal kita sama sekali tidak menguasainya secara mendalam.
Bodol àBerani, Optimis, Duit, Orang Lain
Mungkin ini merupakan sudah menjadi budaya bangsa ini, dimana bangsa ini sudah memiliki hutang luar negeri yang susah untuk dilunasi sampai tujuh turunan dan delapan tanjakan. Tetapi dengan menggunakan dana yang berasal dari orang lain, kalau bisa digunakan secara cermat dan tepat maka akan menjadi leverage bagi bisnis yang dijalankan. Karena kata Pak Matrodji yang dosen Manajemen keuangan, bahwa Debt atau hutang memiliki fungsi pengungkit (leverage) yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah keuntungan yang diperoleh dengan catatan biaya bunga yang ditanggung sebagai akibat sampingan dari adanya pinjaman tersebut haruslah lebih kecil dari IRR (Investmen rate of Return) yang dihasilkan oleh bisnis yang dijalankan.
Yang menjadi masalah adalah jika BODOL tadi bukanlan digunakan untuk suatu bisnis yang akan menghasilkan Income atau pendapatan. Tetapi hanyalah suatu pengeluaran konsumti demi memenuhi hasrat untuk Ber”Ria-ria” dengan produk duniawi yang di iklankan secara bombadir di segala media komunikasi.
Botol à Berani, Optimis, Tenaga Orang Lain
Nah ini yang sebaiknya dilakukan dan yang terbaik. Itu kata dosennya loh. Walaupun kurang menangkap essensi yang disampaikan, angguk kepala dan tatapan seakan mengerti memenuhi ruangan tersebut.
Mungkin yang dimaksudkan adalah sesuai dengan mata kuliah yang disampaikan adalah mata kuliah teori organisasi, maka yang namanya konsep BOTOL harus digunakan. Karena sebuah organisasi tidak ada artinya kalau tidak ada pelimpahan wewenang dan tugas. Dan dampak dari pendelegasian wewenang tersebut tentunya adalah pemanfaatan tenaga orang lain.
Jadi essensinya mungkin sebagai seorang organisatoris, baik dalam organisasi manapun kita berada, diperusahaan, organisasi massa, RT RW sampai ke organisasi politik dan Negara sekalipun, konsep BOTOL harus dijalankan, yaitu harus menggunakan tenaga orang lain untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, tentu saja hal ini dapat berarti 2 hal, yaitu dalam arti positif, berupa pendelegasian wewenang, atau bisa juga dalam arti lain yang bisa berarti memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Tentu saja pilihannya ada pada diri kita sendiri.
Jadi entah benar atau tidak sesuai dengan sumber asalnya, ternyata 3 istilah tersebut mengandung makna yang cukup dalam untuk dijadikan sebagai pertimbangan dan dasar dalam mengambil langkah-langkah dalam kehidupan.
NGerti gak maksudnya ?
Kalo gak ngerti, mari kita bertanya, pada kuliah minggu depan.
Label: Entrepeneur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar